BBOneNews,-Unik. Sebut saja begitu. Salah satu peserta Khalwat ini berbeda sendiri karena kelakuan dan tindakannya yang selalu paling nyleneh diantara temen temen peserta khalwat lainnya.
Tidak seperti kebanyakan orang, ter kadang perilakunya diluar nalar manusia pada umumnya.
Ketika dalam keadaan hening, tidak ada suara apa pun. Orang ini yang biasanya bikin keributan.
Ketika semua peserta dalam kondisi suka cita, tiba tiba orang ini juga pintar mencuri perhatian dengan berperilaku yang berbeda dengan kebanyakan orang. Begitulah, keadaan dan suasana khalwat KH Buya Syakur Yasin seperti menjadi hidup dengan sendirinya atas kehadiran orang ini.
Ya…sebut saja namanya Puguh, biasa disebut Ki Puguh. Tubuh yang hitam, gemuk, tambun dan brewokan. Jambangnya yang tidak beraturan, juga suaranya yang parau khas Ki Puguh, dan selalu membuat suasana di lokasi khalwat riuh ramai atas kelakuan yang dibuatnya.
Peci atau kopiah yang menjulang tinggi, dengan ukuran peci Tinggi 25 cm, dengan nomor peci 10 adalah ciri yang lain yang dikenakannya di kepala, yang selalu menemani kemana pun Ki Puguh keluar dari tendanya.
Konon peci itu khusus didatangkan dari pesantren di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.
Ciri lainnya adalah dengan kelakuan yang tiba tiba meracau (bahasa jawanya: ngomyang) sendiri dengan suaranya yang khas parau, ngebas, dan tebel.
Terkadang tiba tiba ada suara yang mengagetkan para peserta khalwat, meskipun dalam rangka mendoakan orang orang yang berkhalwat, agar diterima amalannya. Dan semua hajatnya terkabul. Doa doa itu diucapkan oleh Ki Puguh dengan suara lantang, khas dan kental dengan bahasa daerahnya.
Padahal saat itu suasana di area khalwat sedang sangat heningnya, dikarenakan penghuni arena khalwat yang sedang berzikir dan bertafakur di gubuknya masing masing.
Ketika Istighosah di aula. Dimana istighosah ini bagian dari kegiatan rutin khalwat KH Buya Syakur Yasin yang dilakukan setiap malam, pukul 00.00 wib. Semua orang akan tahu dimana posisi duduk ki Puguh. Meskipun gelap gulita, dari suaranya saja yang paling nyaring sendiri, sudah menunjukkan dimana dia duduk. Pokoknya ketahuan dah, dengan suaranya yang paling khas dan bersemangat sendiri.
Yang paling menarik lagi ketika imam Istighosah KH Masduki membacakan doa di akhir istighosah, beliau selalu mengaminkan doa doa KH Masduki dengan suara yang paling keras dan tidak beraturan seiring ritme bacaan doa yang dilantunkan sang imam.
Sambil mengucapkan amin seperti jamaah yang lainnya beliau juga menambahkan bahasa daerahnya dengan mengatakan,
“Aamiin..pluk pluk pluk..!”
“Amiiin. Pluk pluk pluk..!”
“Amiiin..pluk pluk pluk…!”
Begitu seterusnya sampai selesai doa doa yang dibacakan imam istighosah.
Jamaah atau santri Buya Syakur yang hadir dalam istighosah itu pun tidak jarang banyak yang tidak khusuk dalam berdoa karena dipaksa harus senyum senyum sendiri bahkan sampai terkekeh mendengar ucapan ‘amin’nya yang super tidak biasa itu.
“Pluk pluk pluk,” dalam bahasa daerahnya ki Puguh, bisa diartikan adalah agar Tuhan segera mengabulkan doa dari jamaah istighosah itu, danTuhan mensegerakan mengabulkan apa yang menjadi hajat masing masing jamaah istighozah.
Otomatis situasi semacam itu membuat jamaah istighosah dijamin tidak ada yang mengantuk atau sampai tertidur.
Sekedar cafatan, beliau, ki Puguh ini dulunya adalah seorang santri yang pernah menimba ilmunya di pesantren Kaliwungu, kendal, Jawa Tengah.
Pada suatu hari, ada yang tidak biasa dari sikapnya yang seperti itu. Tidak ada lagi suara suara yang keluar dari mulutnya dan ki Puguh dalam kesehariannya cenderung menyendiri, bahkan menjauh dari kerumunan peserta khalwat lainnya.
Para peserta lain yang melihat gelagatnya pun dibikin kaget.
Ki Puguh tidak seperti biasanya yang selalu ringan tangan untuk membantu apapun atau siapa pun. Termasuk membantu masak di dapur umum atau mengikuti kegiatan ro’an (kerja bakti) di sekitar area khalwat.
Ada salah satu peserta yang menduga duga, tingkahnya yang aneh dan tidak biasa itu konon setelah menerima kabar dari seseorang di ujung telepon genggamnya yang jadul itu.
Setelah bercakap cakap di telpon, ki Puguh dalam penampilannya selalu murung. Tidak riang gembira lagi, dan tidak lagi membikin peserta lain sekedar hanya tersenyum. Kemurungan ki Puguh juga kemurungan seluruh peserta khalwat.
Sejak saat itu tidak terdengar lagi suara suara yang ternyata dirindukan oleh peserta khalwat lainnya.
Seorang peserta yang seumuran dengannya mencoba menghibur dan menanyakan keadaannya. Barangkali ki Puguh sedang tidak enak badan atau tiba tiba sakit, dan atau sedang menghadapi persoalan.
Ternyata ki Puguh tetap membisu ketika teman temannya mencoba menghiburnya.
Ki Puguh tetap membisu. Teman temannya tidak berhasil mengungkap atau mengorek apa penyebab dari kondisinya dan perilakunya yang berubah drastis seperti itu. Ki Puguh tetap membungkam seribu bahasa.
Baru pada saat KH Buya Syakur Yasin datang dan mengunjungi peserta khalwat, ki Puguh memberanikan diri mendatangi, menghampiri tenda KH Buya Syakur Yasin, dengan maksud sekedar menyampaikan kebimbangannya dari persoalan yang dihadapinya saat berada di arena khalwat.
Beliau menceritakan kalau di rumahnya yang hanya ada satu orang anak dan istrinya, sudah beberapa hari inibselalu didatangi polisi. Dikarenakan persoalan usahanya, yang katanya melanggar aturan hukum.
Sebenarnya ki Puguh dan Keluarganya tidak tahu apakah itu melanggar atau tidak, yang jelas dia hanya menerima barang dari distributor yang dikirimkan ke tokonya dengan pembayaran seperti biasanya. Kalaupun toh melanggar harusnya distributor lah yang sebenarnya melanggar aturan hukum itu.
Namun, karena dia selalu di telpon istrinya yang ketakutan karena di rumahnya selalu didatangi polisi untuk tanya sana tanya sini, maka dia pun panik dan takut untuk menghadapi persoalan itu.
Sementara konsentrasi berkhalwat terpecah kepada masalah yang di hadapinya. Apakah dia harus pulang untuk menemani istrinya atau terus menjalankan khalwat yang masih beberapa minggu lagi.
KH Buya Syakur Yasin, hanya manggut manggut saja mendengar penjelasan dan persoalan ki Puguh, salah satu peserta Khalwat saat itu.
Buya tanpa tengok sana tengok sini, tiba tiba berdiri, meninggalkan begitu saja ki Puguh, kemudian masuk kamar. Semua yang ada di luar dan ikut mendampingi ki Puguh menghadap Buya Syakur Yasin, terdiam, celingukan saling menatap diantara temen temen di situ. Tidak ada sspatah katapun yang terucap, sementara pintu kamar Buya Syakur Yasin tertutup rapat.
Tidak berselang lama, kamar tidur buya terbuka,
“Alhamdulillah..” desis ki Puguh.
“Maaf saya tinggalkan tadi dengan tergesa, harus ke wc soalnya,” kata buya sambil bercanda.
Disambut gelak tawa ki Puguh dan teman temannya.
Setelah buya Syakur duduk kembali di tempat dimana beliau duduk bersila. Kemudian kemudian menatap wajah ki Puguh dengan tatapan mata yang sangat tajam.
“Ki…sampeyan nggak perlu meninggalkan arena kkalwat ini. Yang hanya untuk pulang menemui istrinya dan menghadapi polisi yang selalu mendatangi rumahnya.” Kata Buya Syakur.
“Tidak akan lama persoalanmu akan selesai dengan sendirinya. Dan polisi itu tidak akan datang lagi ke rumahmu. Karena persoalanmu hanyalah kesalahpahaman saja terhadap barang yang di terima istrinya dari pemasok,” kata buya menentramkan ki Puguh.
Dengan perasaan gamang ki Puguh menerima saran dari KH Buya Syakur Yasin untuk tidak pulang ke rumah dan meninggalkan khalwat yang sedang dijalaninya, meskipun pikirannya masih diselimuti kekhawatiran terhadap istrinya yang masih nangis nangis di rumah.
Ternyata betul apa yang disampaikan Buya Syakur Yasin, selang dua hari sejak dia bertemu dan menyampaikan persoalannya kepada KH Buya Syakur Yasin, suara suara keras khas dirinya terdengar lagi setelah dia mendapatkan kabar dari istrinya bahwa persoalannya sudah selesai dan dia tidak perlu lagi pulang untuk menemani istrinya.
Suasana khalwat tidak murung lagi, menjadi kembali hidup setelah cobaan ki Puguh hilang dengan sendirinya.
Begitulah, kadangkala ketika kita berkhalwat ada saja gangguan gangguan atau cobaan yang dihadapi agar konsentrasi buyar dan ada juga keinginan keinginan untuk meninggalkan khalwat yang dijalaninya.
Karenanya kesiapan mental, niat yang kokoh dan patuh pada guru pembimbing adalah menjadi dasar sebelum menjalankan ibadah khalwat.
Menjalankan ibadah khalwat adalah kesadaran diri dimana ada waktu khusus dalam kehidupan keseharian yang di jalaninya untuk melakukan ‘uzlah atau mengasingkan diri dan menyepi dari keramaian.
‘Uzlah sangat diperlukan dalam kehidupan kita, karena dengan menyepi dari keramaian kita bisa berintrospeksi, mengevaluasi perjalanan hidup dan mencoba untuk mengontrol visi dan misi perjalanan hidup kita ke depan.
Disamping itu dengan ber ‘Uzlah kita bisa bertafakur dan ber tadabbur atas kuasa Tuhan yang meliputi alam raya ini sehingga kita bisa merasakan betapa kecilnya diri ini dalam rangka untuk menekan kesombongan kesombongan dan ego syahwati.
Suasana di area khalwat kembali riuh oleh suara suara celotehan ki Puguh. Para peserta khalwat ikut senang dengan kembalinya beliau seperti sediakala.
Beliau adalah H. Bakhir orang yang nyentrik dari Desa Perbutulan kabupaten Cirebon yang biasa dikenal dengan Ki Puguh karena celotehan Puguh nya ketika mendengar tausiyah dari KH Buya Syakur Yasin yang menurutnya cocok.
Puguh adalah bahasa daerahnya yang kalau di artikan; memang betul..cocok.
PUGUH…!! (Asmismus)