BBOneNews.id.-Hari ini Sabtu (11-2/2023) jalanan menuju arah gunung Merapi dari Jalur Jumoyo sepi truk truk pasir lewat. Keadaan jalan sangat lengang, tidak ada aktifitas di jalanan. Motor yang biasanya antri menunggu di belakang truk pasir, Kini bisa bebas lengang zig zag melewati jalan yang sepi.
Ternyata aktifitas tambang pasir di wilayah kecamatan Srumbung kabupaten Magelang pasca Demo yang dilakukan oleh masyarakat Srumbung yang dikomando oleh MWC NU kecamatan Srumbung kabupaten Magelang dan diamini oleh 17 Lurah yang ikut mendukung dihentikannya aktifitas penambangan berdampak pada aktifitas ekonomi masyarakat sekitar.
Salah satu yang terdampak adalah berhentinya operasi armada langsir pasir lokal yang jumlahnya tidak sedikit.
Dari puluhan paguyuban Armada pasir tersebut salah satunya adalah paguyuban GERAM (Gemah Ripah Armada Magelang) yang beranggotakan lebih dari 250 armada truk langsir pasir dipaksa berhenti beraktifitas menyusul aktifitas tambang pasir di bibir gunung Merapi berhenti beroperasi.
Sudah sepuluh hari ini anak anak Geram nganggur, alias tidak muat pasir dari aktifitas tambang di Srumbung. Mereka ditemui BBOneNews ketika sedang kumpul di seputar kampung Beringin, Srumbung, tempat mangkal mereka. Ada puluhan anak yang berkumpul di situ. Mereka mengeluhkan soal tutupnya aktifitas tambang pasir. Mereka juga mengeluhkan tentang penghasilan harian nya dan uang setoran armada yang bakal ditariknya.
“Kami semua di sini, paguyuban Armada lokal Magelang mengharapkan semua pihak yang terkait mau bertemu dan duduk bersama untuk mencari solusi dari penutupan lokasi tambang.” Kata Ketro, yang dipercaya oleh temannya sebagai juru bicaranya.
Ketro juga menyampaikan bahwa persoalan ini sebenarnya bukan lagi persoalan seksi seksi an menjelang pemilu tapi persoalan perut yang memang harus setiap hari terisi dengan sendirinya.
Ketro yang mewakili kawan kawannya yang 250 an lebih armada truk pasir itu juga menyampaikan ketika nanti aktifitas tambang sudah pulih kembali diharapkan terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, yang memuat persoalan harga DO pasir yang tidak tumpang tindih, pilih kasih, standarisasi harga DO yang menggunakan alat berat, dan penataan penggunaan alat berat ketika menambang pasir.
“Prinsipnya kami bisa bekerja kembali dengan tertib, jangan lagi ada kecemburuan atau kedengkian, semua harus merasakan berkah merapi ini dengan rasa syukur.” Kata Ketro di akhir pembicaraannya.(Habibie)