BBOneNews.ID– Pasar Sraten Mertoyudan Magelang pagi itu jalanan tidak begitu ramai dan para pembeli satu persatu dengan mengendarai motor berhenti di setiap depan warung sesuai dengan selera yang mau dibelanjakan. Ibu Hariyah (47th) duduk di pinggir jalan bersama ibu ibu yang lain ikut menuas rejeki di pasar Sraten dengan modal tenggok dan tampah dan jajanan tradisional ditaruh di atasnya. Jajanan tradisional ini memang sudah mulai punah tergeser dengan jajanan instan produk pabrikan. Ibu Hariyah jualan tiap 2 hari sekali di pasar Sraten, dengan membawa dagangan kurang lebih tiap harinya 5-20 kg. Dan bisa dipastikan kalau kita kesiangan ke pasar Sraten, dagangan bawaannya sudah ludes dibeli oleh orang orang yang berbelanja dan berkunjung di pasar Sraten.
Apa yang dijual ibu Hariyah ini? Adalah sebuah nama yang menurut orang dari luar daerah Magelang akan menjadi asing kasar dan jorok tentu saja. Nama dagangannya adalah “Geblek”. Entah berasal dari mana sebutan ‘geblek’ itu. Yang jelas nama ‘geblek’ sudah turun temurun sampai beberapa generasi terdengar di telinga masyarakat Magelang.
Geblek kalau orang Betawi bilang adalah sebutan untuk orang yang bodoh dan dungu. Berbeda dengan ‘geblek’ untuk masyarakat Magelang, adalah makanan yang uenake pool dan sangat mengenyangkan di perut.
Geblek adalah nama dari sebuah jajanan tradisional yang masih tersisa di pasar Sraten itu, dan ibu Hariyah adalah satu satunya penjual jajanan ‘Geblek’ yang sudah tinggal santap. Geblek ini terbuat dari parutan singkong dan campuran tepung pati dan sedikit dicampur dengan parutan kelapa. Yang kemudian dimasak di aduk aduk dan di bentuk seperti lingkaran lingkaran kemudian digoreng dengan tidak begitu matang, dan ketika dipegang maupun di makan terasa kenyal kenyal kayak makan karet tapi, untuk rasa dan kenikmatannya benar benar khas magelang. Rasanya khas hampir menyerupai makanan ringan Jawa Barat yaitu Cireng, bedanya ‘geblek’ ini rasa parutan kelapa mudanya yang mengena dan terasa seperti ada sentuhan kriuknya pada parutan kelapa muda itu. Tentu juga tak bisa dilepaskan begitu saja dari bumbu khas bawang putih dan sedikit lada untuk menciptakan aroma dan rasa yang unik, rasa kampung.
Sedikit mengenyangkan memang ketika melahap jajanan ini. Jadi kalau pagi pukul 06.00-07.00 wib anda belum sampai ke pasar Sraten Mertoyudan Magelang dipastikan anda tidak akan menemukan jajanan ini. Karena bisa jadi ibu Hariyah hanya berjualan cukup 2 sampai 3 jam dagangannya sudah habis. Kenapa sudah habis, disamping dijual dengan harga yang sangat murah, Rp 2000 sudah dapat satu bungkus yang mengenyangkan.
Penggemar Geblek di pasar Sraten ini adalah orang orang di luar kota yang sengaja mencicipi dan mampir sambil jalan jalan naik sepeda atau jalan kaki berolahraga ke pasar. Seperti dari Sawitan, perumahan Kalinegoro, maupun sekitar perumahan Japunan.
Jadi kalau anda kesiangan sedikit saja, jangan harap anda akan berkesempatan mencicipi Jajanan Geblek khas Borobudur, Magelang. Selamat berburu kuliner khas khusus yang tiada duanya rasanya ini. (Rist)